ANAKKU SPESIAL

Tahap Pemeriksaan Gangguan Autisme

Saat orangtua mencurigai anak menunjukkan perilaku autisme, apa yang perlu dilakukan? Berikut adalah tahapan pemeriksaan gangguan autisme yang perlu diketahui orangtua.

Desi Hariana | 15 Mei 2023

Mendiagnosis ASD (autism spectrum disorder) atau sering juga kita sebut gangguan autisme, memang tidak mudah. Apalagi hingga saat ini belum ditemukan pemeriksaan lain, misalnya tes darah, untuk membantu dokter dalam mendiagnosis autisme. Dokter ahli saraf anak perlu melihat latar belakang perkembangan anak, serta perilakunya ketika dilakukan pemeriksaan secara langsung.

ASD mengandung kata ‘spektrum’ karena gangguan ini memiliki gejala yang sangat luas. Gejala ini dapat berkisar dari ringan hingga parah. Beberapa anak dengan ASD kemungkinan membutuhkan bantuan orang lain seumur hidupnya. Namun sebagian lainnya dapat hidup secara mandiri.

Apa saja tahapan pemeriksaan gangguan autisme yang perlu dijalani oleh anak?

Monitor perkembangan

Sebenarnya hal ini merupakan proses yang dilakukan orangtua sejak anak lahir, dan terus berjalan sepanjang anak bertumbuh. Orangtua maupun pengasuh melakukan observasi tumbuh kembang anak, apakah pertumbuhan maupun perkembangannya sesuai dengan usianya, dilihat dari kurva pertumbuhan serta tahapan perkembangan (developmental milestones).

Hal ini juga termasuk keterampilan yang dikuasai anak, mulai dari kontak mata, bermain, belajar, bicara, bergerak, maupun bersikap. CDC (Centers for Disease Control and Preventions) telah mengembangkan daftar untuk memonitor perkembangan anak yang disebut ‘Learn the Signs, Act Early’, juga aplikasi Milestone Tracker. Daftar ini dapat menjadi alat untuk melihat apakah anak perlu skrining lebih lanjut.

Skrining perkembangan

Ini merupakan cara untuk melihat lebih dekat perkembangan anak Anda. AAP (American Academy of Pediatrics) menyarankan bahwa skrining perkembangan umum dilakukan di usia 9, 18, dan 30 bulan. Sedangkan skrining khusus ASD dilakukan pada usia 18 dan 24 bulan.

Skrining khusus ASD biasanya dibutuhkan ketika anak memperlihatkan gejala sebagai berikut:

  • Tidak melakukan kontak mata.
  • Tidak merespons orangtua atau pengasuh dengan senyum atau gestur lainnya.
  • Keterlambatan bicara, atau mengulang kata tanpa memahami artinya.
  • Gerakan berulang seperti mengayun, berputar, atau mengepakkan tangan.
  • Terobsesi pada mainan atau objek tertentu.
  • Memperlihatkan penolakan ketika rutinitasnya terganggu atau berubah.

Pertanyaan yang diajukan dalam skrining adalah dengan membandingkan perkembangan dan perilaku anak dengan sudah bisa atau biasa dilakukan oleh anak lain seusianya. Pertanyaan yang diajukan adalah seputar bahasa, gerak, kemampuan berpikir, begitu juga dengan perilaku dan emosi. Skrining tambahan dapat dilakukan jika anak masuk dalam kategori risiko tinggi ASD (seperti memiliki saudara atau anggota keluarga yang juga mengalami ASD).

Diagnosis perkembangan

Melakukan tes menggunakan alat skrining tidak secara langsung menghasilkan diagnosis, namun dapat memberikan indikasi apakan perkembangan anak sudah sesuai dengan usianya atau tidak. Jika saat dilakukan skrining, muncul kekhawatiran di beberapa bagian perkembangan anak, maka evaluasi perkembangan pun perlu dilakukan.

Evaluasi formal ini bertujuan untuk melihat secara lebih dalam lagi perkembangan anak, dan dilakukan oleh para ahli seperti dokter anak, psikolog anak, terapis bicara, okupasi, dan lain sebagainya. Para ahli ini melakukan observasi terhadap anak dalam tes yang terstruktur, mengajukan pertanyaan pada orangtua atau pengasuh, atau meminta mereka mengisi formulir kuesioner.

Diagnosis ASD ini termasuk juga beberapa kondisi yang dahulunya didiagnosis terpisah, seperti autisme, PDD-NOS (pervasive developmental disorder not otherwise specified), dan Sindrom Asperger. Dokter akan membantu orangtua untuk memahami diagnosis yang diberikan, dan apakah anak perlu menjalani perawatan intervensi segera.

Pada beberapa kasus tertentu, dokter akan menyarankan untuk melakukan beberapa tes untuk menghilangkan kemungkinan (rule out) penyebab lainnya. Misalnya tes darah (untuk kemungkinan keracunan timbal), tes pendengaran, atau tes genetik (kemungkinan gangguan lain seperti Sindrom Fragile X).

Melakukan tahapan pemeriksaan gangguan autisme merupakan sebuah langkah penting bagi orangtua maupun pengasuh anak untuk memastikan apakah anak mengalami ASD atau tidak. Sehingga perawatannya pun dapat dilakukan sesegera mungkin.

Referensi:

Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan