ANAKKU SPESIAL

Mengoptimalkan Potensi Anak dengan Disleksia

Disleksia adalah gangguan belajar yang dapat dialami anak. Anda perlu memahami apa yang dialami anak, sebelum mengoptimalkan potensi anak dengan disleksia.

Desi Hariana | 8 Maret 2023

Disleksia merupakan gangguan yang mempengaruhi kemampuan anak dalam membaca. Anak disleksik mengalami kendala dalam mengenali dan memanipulasi suara saat berbahasa. Jadi, ketika menemukan kata-kata baru, mereka sulit untuk memecahnya menjadi bagian-bagian kecil untuk ‘dibunyikan’. Anak dengan disleksia umumnya mengalami kesulitan dalam membaca, menulis, maupun mengeja.

Anak dengan disleksia juga banyak yang cerdas

Baik membaca, menulis, maupun mengeja, merupakan keterampilan dasar yang dibutuhkan ketika anak belajar. Terutama di sekolah. Kesulitan yang dialami anak disleksik membuatnya sering dicap sebagai anak yang ‘lambat’. Padahal, tingkat kecerdasan anak disleksik ini sama saja dengan anak lainnya, bahkan banyak juga yang sebenarnya sangat cerdas.

Itu sebabnya mengapa orangtua dan guru perlu membantu untuk mengoptimalkan potensi anak dengan disleksia demi masa depan anak.

Ciri-ciri anak mengalami disleksia

Sangat penting bagi orangtua untuk selalu memonitor atau mengawasi perkembangan anak baik di rumah maupun di sekolah. Jika ditemukan beberapa ciri anak mengalami disleksia, segeralah bawa anak ke ahlinya untuk mendapatkan intervensi yang tepat.

Ciri disleksia ketika anak masih kecil:

  • Kesulitan dalam mempelajari lirik lagu sederhana, misalnya ‘Rintik Hujan”.
  • Mengalami keterlambatan berbicara.
  • Kesulitan dalam mengikuti arahan atau instruksi yang diberikan.
  • Mengulang atau menghilangkan kata sambung seperti ‘dan’, ‘atau’.
  • Sering kali sulit membedakan mana kanan dan kiri.

Apa yang dialami anak disleksik di sekolah:

  • Sulit menyuarakan atau menyebutkan kata-kata baru.
  • Ketinggalan dari teman-temannya dalam hal kefasihan berbicara.
  • Terbolik-balik saat membaca huruf atau angka, misalnya ‘dan’ menjadi ‘ban’.
  • Sulit menuliskan di buku, apa yang ia lihat di papan tulis.
  • Kesulitan saat membuat kalimat berima (rhyming), mengasosiasikan suara dengan hurufnya, dan mengucapkan bunyi kata yang tepat.
  • Saat mengeja kata, sering kali hanya dibaca sebagian saja.
  • Menghindari saat diminta untuk membacakan sesuatu di kelas.
  • Mudah lelah dan frustrasi dalam pelajaran membaca.

Kesulitan ini juga berpengaruh pada hal-hal yang dialami oleh anak di luar sekolah, misalnya:

  • Sulit membaca simbol atau logo yang ia temui.
  • Lama dalam memahami aturan permainan ketika bermain.
  • Bingung ketika diminta melakukan perintah bertingkat, misalnya “Ayo ambil bajumu, kemudian lipat, dan masukkan ke dalam lemari.”
  • Kesulitan saat harus menceritakan sesuatu secara kronologis.
  • Kewalahan ketika harus mempelajari bahasa lain.
  • Mudah merasa frustrasi, sehingga mempengaruhi suasana hati dan emosinya.

Bantu anak meraih potensi optimalnya

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh orang tua dan guru dalam membantu mengoptimalkan potensi anak dengan disleksia. Berikut adalah tip yang disarankan para ahli:

1. Mempelajari banyak hal tentang disleksia. Lebih baik lagi jika bisa mengikuti seminar, atau bergabung dalam komunitas orangtua dengan anak disleksik. Selain dapat memperkaya wawasan, Anda sebagai orangtua atau pendidik juga lebih dapat percaya diri dalam mendampingi dan mengarahkan anak melewati berbagai kesulitan yang ia hadapi.

2. Berdiskusi dengan anak. Jelaskan mengapa anak mengalami kesulitan dalam belajar. Beritahukan juga apa kekurangan dan kelebihan yang dimiliki anak, sehingga mereka tetap memiliki semangat dan motivasi untuk terus berusaha.

3. Bantu ia untuk menemukan keterampilannya. Setiap anak, memiliki kemampuan yang biasanya lebih menonjol dibandingkan yang lain, misalnya ada yang pintar menggambar, bermusik, menari, atau olahraga. Dorong anak untuk mendalami keterampilannya itu, sehingga ia pun dapat ‘bersinar’ di antara teman-teman lainnya.

4. Membacakan buku pada anak. Membacakan cerita pada anak dapat memberikan pengaruh pada kemampuannya dalam memahami kalimat serta menambah kosa katanya.

5. Membantu anak mengatur emosinya. Kadang anak dengan disleksia merasa frustrasi dan lelah dengan segala kesulitan yang ia alami. Ada saatnya ia terlihat murung atau lebih sensitif. Pahamilah kondisi emosi anak dan ajari ia cara menenangkan diri, contohnya beristirahat sambil mendengarkan musik, atau bermain dengan kucing kesayangannya.

Mendampingi dan membantu mengoptimalkan potensi anak dengan disleksia bagi orang tua juga bukan hal yang mudah untuk dilakukan. Namun dengan konsistensi dan kasih sayang Anda, anak pun dapat menunjukkan hasil yang positif dari segala usaha yang dilakukannya. Jadilah penyemangat anak nomor satu.

Referensi:

Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan