KESEHATAN KELUARGA

Jenis Sakit Kepala dan Penyebabnya

Sakit kepala mungkin dianggap lumrah dan sering terjadi. Namun demikian, ada beberapa jenis sakit kepala yang merupakan kondisi kesehatan yang serius. Yuk kita kenali jenis sakit kepala dan penyebabnya.

Desi Hariana | 11 Agustus 2021

Tahukah Anda, sakit kepala ternyata ada sekitar 150 jenis? Namun kita cukup mengenali beberapa jenis saja yang umum terjadi. Saat ini memang sudah banyak obat-obatan untuk mengurangi sakit kepala yang dijual bebas. Tapi beberapa sakit kepala membutuhkan terapi pengobatan yang khusus. Mari kita kenali jenis sakit kepala dan penyebabnya berikut ini.

Sakit kepala jenis yang mana?

Ada dua kategori sakit kepala yang perlu kita ketahui, yaitu sakit kepala yang merupakan gejala penyakit lain, dan ada juga sakit kepala primer yang memang merupakan gangguan tersendiri. Jika sakit kepala disebabkan penyakit lain, begitu penyakit utamanya sembuh maka sakit kepala akan hilang. Namun bagi sakit kepala primer, hal ini butuh pemeriksaan lebih lanjut.

Berdasarkan frekuensi dan intensitasnya, sakit kepala terbagi menjadi:

Sakit kepala episodik. Hanya terjadi sesekali saja dan biasanya berdurasi 30 menit hingga beberapa jam sekali muncul.

Sakit kepala kronis. Muncul lebih sering dan bisa bertahan hingga berhari-hari. Untuk sakit kepala jenis ini dibutuhkan manajemen sakit kepala khusus bagi penderitanya.

Beberapa jenis sakit kepala

Berikut ini adalah beberapa jenis sakit kepala yang umum terjadi:

1. Sakit kepala akibat tekanan (tension headaches)

Baik remaja maupun orang dewasa dapat mengalaminya. Rasa sakit yang dirasakan tidak menusuk dengan intensitas ringan hingga sedang. Biasanya juga disertai dengan rasa pegal atau sensitif di area leher, kening, kulit kepala, atau otot bahu. Penyebab utamanya adalah stres atau tekanan psikologis.

2. Migrain

Sakit kepala yang berdenyut atau seperti dipukul-pukul. Durasinya antara 4 jam hingga 3 hari, dengan frekuensi sekitar 1-4 kali sebulan. Dapat disertai gejala lain seperti sensitivitas terhadap cahaya, suara, atau aroma, kadang juga mual atau muntah, tidak napsu makan, hingga sakit perut. Beberapa orang dapat melihat ‘aura’ sebelum migrain terjadi, seperti kilatan cahaya, kunang-kunang, termasuk rasa kesemutan di wajah.

Penyebabnya bisa beragam, mulai dari gangguan tidur, dehidrasi, akibat melewati waktu makan, alergi makanan, fluktuasi hormon, bahkan pengaruh genetik. Perempuan tiga kali lebih berisiko mengalami migrain.

3. Sakit kepala setelah beraktivitas fisik berat (exertion headaches)

Sakit kepala ini dapat terjadi seketika setelah melakukan aktivitas fisik yang berat seperti berolahraga, mengangkat barang, bahkan setelah berhubungan intim. Aktivitas fisik meningkatkan aliran darah ke kepala dengan cepat, sehingga menyebabkan tekanan di kedua belahan kepala. Namun umumnya rasa sakitnya cepat hilang.

4. Sakit kepala kelompok (cluster headaches)

Rasa sakit yang dirasakan lebih tajam, terutama di belakang atau sekitar mata. Disebut sakit kepala kelompok atau klaster karena dapat muncul beberapa kali dalam sehari dengan durasi 15 menit hingga 3 jam, dalam interval 2 minggu sampai 3 bulan.

Gejala penyertanya antara lain mata memerah dan berair, muncul keringat dingin, hidung dapat tersumbat atau justru beringus. Sayangnya, penyebab sakit kepala ini masih belum diketahui secara spesifik dan risiko pada laki-laki tiga hingga empat kali lebih tinggi dibandingkan perempuan.

Waspadai tanda bahaya sakit kepala

Jika Anda merasakan beberapa sakit kepala diiringi dengan gejala berikut, sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter untuk pemeriksaan lebih lanjut:

  • leher kaku
  • ruam
  • sakit kepala hebat atau belum pernah dirasakan sebelumnya
  • muntah
  • kebingungan
  • gangguan bicara
  • demam di atas 38 derajat Celsius
  • otot melemah di sebagian tubuh
  • gangguan penglihatan

Mengenali jenis sakit kepala dan penyebabnya dapat membantu Anda untuk mengidentifikasi sakit kepala yang dirasakan. Segeralah berkonsultasi dengan dokter jika rasa sakitnya sudah tak tertahankan atau mengganggu aktivitas sehari-hari.

Referensi:

https://www.webmd.com

Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan