TIP SERU

Membesarkan Anak dengan EQ Tinggi

Kita sebagai orangtua tentunya ingin memiliki anak yang tidak hanya cerdas secara akademik, tapi juga memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.

Desi Hariana | 26 Januari 2024

Emotional Quotient atau EQ didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk menunjukkan dan mengatur perasaannya sendiri saat ia juga menghargai perasaan orang lain. Ini merupakan sebuah keterampilan yang bisa dipelajari anak di usia berapapun. Berikut beberapa hal yang bisa dilakukan oleh orangtua untuk membesarkan anak dengan EQ tinggi.

1. Memberi label pada emosi yang dirasakan anak

Anak perlu mengidentifikasi perasaannya sendiri, misalnya ketika ia menangis karena mainannya direbut oleh anak lain, Anda bisa bertanya pada anak, “Kamu kesal karena mainanmu direbut, ya?”. Begitu juga ketika ia merasa marah, sedih, kecewa, dan lain sebagainya. Dengan demikian, anak bisa mengetahui apa nama atau label dari emosi yang ia rasakan.

2. Menunjukkan empati

Ketika anak menunjukkan emosinya, sebaiknya kita tidak meremehkan. Misalnya, ketika Anda tahu bahwa ia marah karena kakaknya mendapat hadiah yang lebih besar, katakan, “Wajar sih, kalau kamu marah karena hadiahmu lebih kecil. Tapi coba kamu perhatikan isinya, tidak kalah bagus dengan hadiah kakak, kan?”. Hal ini membuat anak merasa perasaannya juga divalidasi.

3. Mencontohkan cara untuk menunjukkan emosi

Cara paling efektif untuk mengajarkan anak cara menunjukkan emosinya secara sehat adalah melalui contoh langsung. Selipkan kata-kata yang menunjukkan perasaan Anda pada percakapan sehari-hari, seperti, “Ibu sedih karena nenek sakit dan harus dirawat di rumah sakit, nanti kita tengok sama-sama, ya.”, atau, “Aduh, Ibu kesal kalau harus membereskan mainan kamu yang berserakan. Ayo, mulai saat ini kamu yang harus membereskannya, ya.”

4. Mengajari keterampilan menguasai diri

Setelah anak memahami emosinya, ia perlu mengatasi emosi tersebut dengan cara yang sehat. Ajari ia cara untuk menenangkan diri, menyemangati diri, atau menghadapi rasa takut ketika menghadapi masalah. Misalnya dengan mengajarkan cara menenangkan diri melalui teknik pernapasan, mendengarkan musik, membaca buku komik lucu, mewarnai, atau hal-hal lain yang menyenangkan hatinya.

5. Mendorong kemampuan penyelesaian masalah

Salah satu cara membangun kecerdasan emosional adalah mempelajari cara menyelesaikan masalah. Misalnya anak marah karena diganggu kakaknya, maka ia perlu cara untuk menyelesaikannya. Ia bisa berbicara dengan kakaknya, bersikap tak peduli, melakukan permainan yang lebih menyenangkan, atau alternatif solusi lainnya. Minta anak memikirkan kelebihan dan kekurangan dari setiap alternatif tersebut.

6. Jadikan kecerdasan emosional sebagai tujuan jangka panjang

Anak akan mengalami naik turunnya emosi sepanjang hidupnya, karena itu latihan untuk meningkatkan kecerdasan emosional anak perlu selalu kita lakukan. Anda dapat mengasah kecerdasan emosional anak melalui tontonan, buku, permainan dan lain sebagainya. Semakin besar, Anda juga dapat mengajak anak berbicara untuk hal-hal yang lebih penting seperti menghadapi pertemanan yang toksik, mengetahui adanya perundungan, mengatasi guru galak, dan lain sebagainya.

Usahakan Anda selalu membuka jalur percakapan dengan anak agar ia tahu akan selalu mendapat dukungan moril dari orangtuanya ketika menghadapi masalah.

Referensi:

Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan