KESEHATAN KELUARGA

Tubuh Tetap Beraktivitas Kala Tidur

Jika Anda mengira saat tidur tubuh beristirahat, pada kenyataanya tidak demikian. Saat kita tidur, ternyata tubuh tetap beraktivitas kala tidur.

Dyah Soekasto | 27 September 2021

Dahulu para ilmuwan berpendapat bahwa secara fisik dan mental manusia tidak aktif selama tidur. Namun ternyata, sepanjang malam tubuh dan otak kita tetap beraktivitas kala tidur yang terbukti penting untuk kesehatan.

Ada dua jenis fase tidur yang saat ini diketahui, yakni siklus masuk dan keluar saat kita istirahat atau REM (rapid eyes movement/gerakan mata cepat), dan tidur non-REM.

  • Kita mengawali istirahat malam dengan tidur non-REM dalam waktu yang cukup lama. Lalu perlahan mulai bergerak ke tahap tidur yang dalam di mana otak kurang responsif dan kita pun sulit bangun. Pikiran dan sebagian besar fungsi tubuh melambat.
  • Tahap REM ditandai dengan bola mata yang terlihat bergerak-gerak di belakang kelopak mata. Dalam fase inilah biasanya kita bermimpi. Denyut nadi, suhu tubuh, pernapasan, dan tekanan darah kita naik seperti di siang hari. Sistem saraf simpatik membantu mengaktifkan respons otomatis seperti fight or flight (lawan atau lari), namun tubuh kita hampir sepenuhnya diam.

Siklus tidur

Kita biasanya melalui semua tahapan tidur ini tiga sampai lima kali semalam. Tahap REM pertama mungkin hanya beberapa menit, tetapi di setiap siklus baru, memanjang hingga sekitar setengah jam. Jika Anda kehilangan tahap tidur REM karena alasan apa pun, tubuh akan menebusnya di malam berikutnya.

Suhu tubuh

Suhu tubuh turun hingga beberapa derajat saat mulai mengantuk, dengan suhu terendah terjadi sekitar 2 jam sebelum bangun. Dalam tidur REM, otak mematikan termostat tubuh sehingga suhu ruangan lebih berpengaruh. Secara umum, ruangan yang lebih dingin membantu kita tidur lebih nyenyak. Melakukan gerakan olahraga seperti push-up atau joging saat bangun akan meningkatkan suhu tubuh, sehingga kita lebih siaga.

Pernapasan dan detak jantung

Saat tertidur lelap, kita bernapas lebih lambat dan teratur. Kemudian, saat kita memasuki tahap REM, napas menjadi lebih cepat.

Tidur nyenyak dan fase non-REM menurunkan denyut nadi dan tekanan darah, memberi kesempatan bagi jantung dan pembuluh darah untuk memulihkan diri. Tetapi selama fase REM, detak jantung akan kembali meningkat atau berubah ritmenya.

Aktivitas otak

Saat kita dalam fase tidur non-REM, sel-sel otak stabil dan lebih berirama. Tetapi ketika bermimpi, sel-sel otak menyala secara acak. Faktanya, dalam tidur REM, aktivitas otak terlihat mirip dengan saat kita terjaga.

Mimpi

Meskipun masih menjadi misteri mengapa kita bermimpi, namun mimpi biasanya di fase REM, atau bisa juga di fase tidur lainnya. Ada juga yang mengalami ‘teror malam’ ketika seseorang tampak terjaga dan berteriak ketakutan atau panik. Hal ini terjadi dalam kondisi tidur yang lebih dalam.

Perbaikan sel

Selama tidur nyenyak, tubuh kita memperbaiki otot, organ, dan sel lainnya. Kekebalan tubuh pun meningkat saat kita tidur. Di usia muda dan kondisi sehat, manusia menghabiskan sekitar seperlima waktu tidur malam dalam kondisi tidur nyenyak, namun hal ini bisa berbalik ketika berusia di atas 65 tahun.

Membersihkan ‘sampah’

Fase REM membantu otak membersihkan informasi yang tidak dibutuhkan. Itu sebabnya mengapa kita lebih mudah menyelesaikan masalah, atau mengingat fakta dan tugas dengan lebih baik setelah bangun tidur.

Peran batang otak

Batang otak terkoneksi dengan hipotalamus dan struktur otak lain, yang membantu kita tertidur atau bangun. Struktur sistem saraf ini memproduksi GABA, bahan kimia dalam tubuh yang dapat menenangkan sehingga kita bisa tidur nyenyak. Selama tidur REM, batang otak mengirimkan sinyal untuk ‘melumpuhkan’ sementara otot-otot di tubuh kita.

Simfoni hormon

Saat kita tidur, terjadi aktivitas menyeimbangkan hormon di dalam tubuh. Contohnya, hormon pertumbuhan meningkat, sedangkan hormon kortisol (terkait dengan stres), menurun. Beberapa ilmuwan berkesimpulan bahwa insomnia terkait juga dengan gangguan produksi hormon tubuh. Kurang tidur pun dapat mengacaukan kerja hormon leptin dan ghrelin yang mengatur rasa lapar, sehingga berat badan mudah naik.

Itulah beberapa bukti bahwa tubuh tetap beraktivitas kala tidur dan menunjukkan betapa pentingnya tidur lelap di malam hari.

Referensi:

Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan