ANAKKU SPESIAL

Terapi Wicara bagi Anak Autistik

Gangguan spektrum autisme atau ASD (autism spectrum disorder) menyebabkan gangguan interaksi dan komunikasi pada anak. Bagaimana terapi wicara bagi anak autistik dapat membantu dalam melatih komunikasi anak?

Desi Hariana | 14 April 2023

Menurut CDC (Centers for Disease Control and Preventions), terapi yang paling sering direkomendasikan bagi anak dengan autisme adalah terapi wicara. Terapi wicara bagi anak autistik dibutuhkan karena pada umumnya anak autistik sulit untuk membentuk kata dan kalimat. Bahkan anak autistik yang ‘high functioning’ sekalipun membutuhkan terapi wicara untuk melatih kemampuan mereka dalam menggunakan kata dan kalimat dengan benar.

Mengenal terapi wicara

Terapi wicara, atau sering juga disingkat TW adalah jenis terapi yang mengatasi gangguan bicara dan komunikasi dalam cakupan yang cukup luas. Selain dapat membantu anak-anak dengan gangguan bicara seperti gagap atau cadel, terapi wicara bagi anak autistik pun disarankan ahli untuk mengasah kemampuan komunikasinya.

Terapis wicara membantu anak autistik untuk belajar berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Biasanya TW dilakukan secara ‘one on one’, atau bisa juga dalam grup, tergantung kebutuhan dan tingkat fungsional anak. Terapis wicara menekankan pada pelatihan beberapa keterampilan berikut:

1. Komunikasi non-verbal. Hal ini termasuk mengajarkan komunikasi gestural atau menggunakan PECS (picture exchange communication system), alat bantu bicara elektronik, atau alat bantu lainnya.

2. Bahasa tubuh. Terapis wicara memperkenalkan anak autistik pada bahasa tubuh orang lain, atau memahami sinyal-sinyal fisik yang diberikan. Misalnya mengetahui apakah seseorang bercanda atau tidak, atau justru tersinggung.

3. Tanya jawab. Terapi wicara bagi anak autistik mengajarkan anak untuk membuat pertanyaan lalu menanyakannya, juga memahami apabila ia ditanya serta mampu memberikan respons yang sesuai.

4. Ungkapan pragmatis. Terapis wicara mengajarkan anak untuk memahami arti ungkapan serta kapan menggunakannya.

5. Prosodi. Keterampilan vokal yang membuat ucapan anak autistik lebih berintonasi.

6. Struktur kalimat. Struktur kalimat yang dipergunakan anak autistik biasanya masih belum rapih. Terapi wicara bagi anak autistik dapat membantu memperbaiki hal ini.

7. Bercakap-cakap. Kemampuan untuk terlibat dalam percakapan, anak dapat melatih berbicara dua arah dengan terapis wicaranya.

8. Memahami konsep. Sering kali anak autistik kesulitan dalam memahami konsep seperti ‘sedikit’, ‘banyak’, ‘mahal’, ‘susah’, dan lain sebagainya.

AAC (augmentative and alternative communication)

Pada dasarnya, semua metode yang membantu anak untuk berkomunikasi disebut dengan AAC. Umumnya digunakan pada terapi wicara bagi anak autistik yang non-verbal, sedikit berbicara, atau yang masih merasa belum nyaman saat berbicara. Berdasarkan penelitian, menggunakan AAC dapat mendukung perkembangan kemampuan berbahasa anak.

AAC dibagi dalam dua kategori:

1. AAC no-tech/low-tech. Misalnya menulis, menggambar, menunjuk pada gambar atau kata-kata tertulis.

2. AAC hi-tech yang memanfaatkan teknologi terkini. Contohnya aplikasi dalam gawai, perangkat lunak yang mengubab teks menjadi suara, alat dengan pesan yang sudah direkam sebelumnya, atau peralatan yang dapat menghasilkan suara.

Mencari terapis wicara yang cocok

Mengingat manfaat terapi wicara bagi anak autistik yang cukup banyak, orangtua perlu menemukan terapis wicara yang memang tepat bagi anak. Berkonsultasilah dengan dokter anak Anda atau dengan teman dan saudara yang punya pengalaman memakai jasa terapis wicara bagi anak mereka. Jika mencari informasi dari internet, pastikan Anda membaca penilaian atau review-nya terlebih dahulu.

Namun ingatlah bahwa keberhasilan terapi sangat tergantung pada dukungan orangtua maupun pengasuh anak. Terapis wicara anak akan bertanya pada Anda tentang hal-hal apa yang menjadi kekhawatiran orangtua dan apa tujuan spesifik atau keterampilan apa yang Anda ingin anak kuasai. Ikuti setiap langkah terapi bersama anak, dan berilah dukungan moril agar ia pun bersemangat menjalaninya.

Referensi:

Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan