KESEHATAN ANAK

Penanganan Tepat pada Kejang Demam

Orang tua yang menyaksikan kejang akan beranggapan bahwa hal ini sangat menakutkan. Sering kali orang tua panik, padahal peran orang tua sangat penting dan dibutuhkan untuk penanganan tepat pada kejang demam.

dr. Farah Dina | 13 Oktober 2020

Sesuai dengan namanya, kejang demam merupakan kejadian kejang yang dipicu oleh demam saat suhu tubuh di atas 38oC. Penyebab demam pada kejang demam sangat bervariasi, misalnya dari infeksi saluran napas dan saluran cerna. Namun, demam yang berasal dari infeksi otak dan sumsum tulang belakang bukanlah salah satu penyebab kejang demam.

Kejang demam paling sering dialami oleh anak usia 6 bulan hingga 5 tahun. Berikut adalah penanganan tepat pada kejang demam:

  • Tidak panik
  • Jauhkan benda berbahaya di sekitar anak
  • Posisikan anak miring. Bila terdapat muntah, bersihkan muntahan di mulut anak.
  • Hitung lamanya kejang dan amati bentuk kejang. Jika memungkinkan rekam kejadian kejang untuk dievaluasi oleh dokter.
  • Awasi anak selama dan sesudah kejang.
  • Jangan batasi pergerakan anak seperti memegang atau mengikat anggota gerak anak yang kejang.
  • Jangan memasukan benda apapun ke dalam mulut anak, misalnya jari tangan atau sendok.
  • Jika kejang masih terjadi lebih dari 5 menit, berikan segera obat anti-kejang yaitu diazepam melalui anus. Obat ini hanya boleh diberikan satu kali oleh orang tua.

Dosis diazepam:

  • 5 mg untuk anak dengan berat badan kurang dari 12 kg
  • 10 mg untuk berat badan lebih dari 12 kg

Bawa ke fasilitas kesehatan terdekat untuk mengetahui penyebab kejang demam.

Red flag

Orang tua perlu waspada jika anak memiliki tanda-tanda bahaya (red flags) sebagai berikut:

  • Kejang terjadi pada satu sisi tubuh atau anggota gerak tubuh tertentu seperti tangan atau kaki saja.
  • Kejang lebih dari 10 menit.
  • Kejang terjadi 2 kali dalam 24 jam.
  • Tanda peradangan pada selaput pelindung otak dan sumsum tulang belakang seperti kaku kuduk/leher.
  • Anak tidak sadarkan diri lebih dari 1 jam setelah kejang.
  • Ruam kemerahan pada kulit yang tidak hilang dengan penekanan tangan.
  • Ubun-ubun anak menonjol.
  • Detak jantung cepat yang menetap setelah suhu tubuh normal.
  • Terdapat gangguan pernapasan sedang hingga berat, misalnya pernapasan anak yang semakin cepat, anak merintih, saturasi oksigen (di bawah 92%), dan tarikan dinding dada.

Dampak kejang di masa depan anak

Tak perlu khawatir, kejang demam tanpa tanda bahaya, tidak menyebabkan kerusakan dan kelumpuhan otak, sehingga anak tidak berisiko mengalami gangguan perkembangan. Selain itu, risiko untuk mengalami epilepsi juga rendah.

Beberapa orang tua juga jadi enggan melakukan vaksinasi terhadap anak karena takut kejang demam. Kejadian kejang demam setelah vaksinasi jarang terjadi, sehingga vaksinasi harus tetap dilaksanakan melalui pengawasan tenaga medis.

Ketika anak dipulangkan ke rumah, dokter akan memberikan informasi untuk mengantisipasi kejang berikutnya, yaitu:

  • Kejang demam pada anak dapat berulang saat anak mengalami demam. Orang tua sebaiknya menyiapkan termometer di rumah.
  • Pemberian obat anti-demam saat anak demam, tidak mencegah kejang demam. Meskipun demikian, para dokter sepakat untuk tetap memberikan obat ini pada anak ketika demam.

Referensi:

  • American Academy of Pediatrics. 2011. Febrile Seizures: Guideline for the Neurodiagnostic Evaluation of the Child with a Simple Febrile Seizure. Pediatrics, 127(2): 389-394. https://doi.org/10.1542/peds.2010-3318
  • Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2016. Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam.
  • Laino, D., Mencaroni, E., & Esposito, S. 2018. Management of Pediatric Febrile Seizures. International Journal of Environmental Research and Public Health15(10): 2232. https://doi.org/10.3390/ijerph15102232
  • Ma, L. & McCauley, S. 2018. Management of Pediatric Febrile Seizures. The Journal for Nurse Practitioners14(2): 74-80. https://doi.org/10.1016/j.nurpra.2017.09.021
Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan