PSIKOLOGI ANAK

Mencermati Kesehatan Mental Remaja

Terkadang remaja Anda menjadi moody alias mudah mengalami perubahaan suasana hati secara tiba-tiba. Mencermati kesehatan mental remaja penting mengingat dapat menjadi pertanda penyakit mental.

Dyah Soekasto | 13 Oktober 2020

Setiap tanggal 10 Oktober kita peringati sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia. Sebagai orang tua, ada baiknya kita mengetahui bahwa masalah kesehatan mental lebih sering terjadi pada remaja, mulai dari yang ringan sampai yang serius.

Namun kabar baiknya, banyak jenis penyakit mental dapat diobati, tergantung sedini apa disadari, dan kapan melakukan intervensinya.

Tanda-tanda yang perlu diwaspadai

Pada remaja, tanda gangguan kesehatan mental muncul ditandai dengan perubahan perilaku; tidak tertarik bermain dengan teman-temannya serta hobinya, dan mudah tersinggung. Jika setidaknya terdapat satu dari gejala tersebut, ada baiknya Anda waspada.

Lima dari tujuh gejala berikut diperlukan untuk mencermati kesehatan mental remaja:

  • perubahan pola tidur
  • kerap merasa bersalah
  • perubahan tingkat energi
  • perubahan konsentrasi atau penyelesaian tugas
  • perubahan nafsu makan
  • perubahan motivasi
  • pikiran untuk mengakhiri hidup

Gejala kecemasan dapat menjadi satu tanda yang spesifik, diikuti dengan fobia sosial, dan depresi.

Gejala gangguan kecemasan meliputi:

  • merasa gelisah dan mudah putus asa
  • mudah lelah
  • sulit berkonsentrasi
  • menjadi lekas marah
  • merasakan ketegangan otot
  • mengalami kesulitan tidur, tidak merasa cukup istirahat

Gejala fobia sosial meliputi:

  • sangat cemas berada di sekitar orang lain, dan berusaha untuk berbicara dengan orang lain
  • merasakan kesadaran diri yang ekstrem, takut akan penghinaan, rasa malu, penolakan, atau menyinggung orang
  • khawatir ‘dihakimi’
  • ketika ada sebuah acara, berhari-hari merasa cemas atau bahkan berminggu-minggu menjelang acara tersebut
  • menghindari keramaian
  • berjuang mendapatkan teman
  • merasa grogi, wajah memerah, berkeringat, dan gemetar saat bertemu orang, bahkan merasa mual.

Bila kondisi di atas terus berlanjut, remaja dapat mengalami tanda-tanda depresi, meliputi:

  • merasa sedih, cemas, atau merasa hampa
  • putus asa, pesimis
  • mudah tersinggung
  • merasa bersalah, tidak berharga, atau tidak berdaya
  • kehilangan minat pada hobi atau aktivitas yang dulunya menyenangkan
  • mudah lelah atau kekurangan energi
  • bergerak dan/atau berbicara lebih lambat dari biasanya
  • merasa gelisah
  • sulit berkonsentrasi, mengingat, dan/atau sulit mengambil keputusan
  • mengalami perubahan nafsu makan
  • berpikir tentang kematian atau bunuh diri
  • merasa sakit yang tidak dapat dijelaskan, dan tidak kunjung membaik meskipun dirawat

Penyakit mental bisa dicegah sebelum menjadi buruk, namun sayangnya dalam banyak kasus, orang tua umumnya melakukan penyangkalan atau denial, tidak segera mencari pertolongan ahli. Padahal, semakin cepat dilakukan penanganan, hasilnya akan semakin baik.

Ciptakan rasa aman dan nyaman

Dalam mencermati kesehatan mental remaja, orang tua juga perlu menciptakan rasa aman dan nyaman bagi anak. Proses dari masa anak-anak menuju dewasa memang bukan hal yang mudah untuk dijalani, lakukan pendekatan dini dan dengarkan ‘curhat’an mereka.

Jangan ragu untuk menunjukkan cinta Anda, hal ini dapat membantu mereka melewati masa-masa sulit yang dialami.

Ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk membuat proses ini lebih mudah untuk dilewati oleh anak:

  • Bangun rasa percaya diri dan harga diri mereka. Beri pujian dan alasan yang tepat mengapa Anda terkesan atau bangga pada mereka.
  • Luangkan waktu bersama mereka, dan sampaikan bahwa mereka sangat berharga untuk Anda.
  • Dukung mereka secara emosional. Dorong mereka untuk mau berbicara, dengarkan dan bantu mereka memahami hal-hal yang membuat mereka ragu atau bingung.
  • Beri ruang kepada agar mereka merasa aman dan nyaman menjalankan rutinitasnya. Pastikan mereka tahu bahwa rumah adalah tempat yang paling aman bagi mereka.
  • Mengajari mereka agar kuat dan tahan banting dengan mengajari anak cara melewati masa-masa sulit.

Referensi:

https://www.pennmedicine.org/updates/blogs/health-and-wellness/2017/may/teens-mental-health

Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan