KESEHATAN ANAK

Nutrisi Bagi Anak Alergi

Tumbuh kembang anak ditopang oleh nutrisi yang lengkap dan seimbang, sesuai dengan usianya. Namun pemberian nutrisi bagi anak alergi makanan dan susu sapi, tentunya dibutuhkan kehati-hatian.

Dyah Soekasto | 30 Maret 2021

Nutrisi bagi anak alergi, terutama alergi makanan dan susu sapi, perlu mendapat perhatian lebih dari orang tua. Beberapa makanan harus dihindari, selain itu untuk anak perlu dicarikan alternatif pengganti susu sapi untuk asupan nutrisinya sehari-hari.

Berikut adalah beberapa tip untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak dengan alergi:

Nutrisi secara umum

Alergi makanan yang memengaruhi saluran cerna adalah hal yang paling umum terjadi di awal kehidupan Si Kecil. Mengapa? Karena pajanan alergen pertama terjadi melalui saluran cerna. Susu adalah nutrisi pertama Si Kecil, sehingga inilah yang kerap menjadi sumber alergi di masa awal kehidupannya.

Secara umum, nutrisi bagi anak alergi adalah ASI, karena mengandung antibodi dan probiotik yang melindungi saluran cerna dari alergen. Itu sebabnya mengapa pemberian ASI eksklusif menjadi sangat penting bagi bayi di enam bulan pertama kehidupannya. Jika bayi belum diketahui alergi terhadap salah satu makanan yang dimakan ibu, sebaiknya ibu tidak membatasi pilihan makanan yang dikonsumsinya ketika menyusui.

Ketika anak diketahui mengalami reaksi alergi terhadap salah satu makanan yang dimakan ibu, sebaiknya ibu segera berpantang terhadap makanan tersebut. Ibu yang berpantang mengonsumsi makanan pencetus alergi dapat menjadi langkah pertama pencegahan alergi pada anak atopi (rentan alergi) yang masih mendapatkan ASI.

Semua makanan pada dasarnya memang berpotensi mencetuskan alergi, namun selain susu sapi, beberapa jenis makanan yang paling sering ditemukan dapat mencetuskan alergi adalah kacang tanah, seafood, dan telur.

Berikut adalah panduan untuk anak dengan alergi makanan tertentu:

Alergi terhadap kacang tanah: hindari produk yang mengandung kacang seperti selai kacang atau cokelat yang mengandung kacang. Dapat dicoba diperkenalkan kembali saat anak lebih besar (di atas 2 tahun).

Alergi terhadap seafood dan telur: sumber protein yang lebih aman dapat diberikan selain telur atau makanan laut sampai usia anak di atas 1 tahun (bagi mereka yang alergi makanan laut atau telur), misalnya protein dari ikan air tawar atau daging merah, dan unggas.

Susu untuk anak alergi

Air susu ibu atau ASI adalah makanan terbaik yang dapat diterima oleh bayi di dua tahun pertama hidupnya. Namun memang tak semua ibu mendapat keistimewaan untuk memberikan ASI pada buah hatinya. Konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter mengenai pemberian susu formula yang sesuai dan memenuhi kebutuhan nutrisi anak.

Lepas dari 6 bulan pertama, anak memasuki masa makan makanan padat atau MPASI (makanan pendamping ASI). MPASI diberikan secara bertahap, dari yang halus, agak kasar, kasar, hingga sama dengan makanan orang dewasa (biasanya di usia 1 tahun). Orang tua perlu jeli dalam memilih jenis makanan yang dikonsumsi anak.

Jika anak mengalami alergi susu sapi, sebaiknya pilih sumber protein lain yang memiliki kualitas setara dengan protein susu sapi. Untuk anak-anak ini, dokter biasanya akan merekomendasikan alternatif susu formula khusus sebagai berikut:

Susu formula terhidrolisis parsial: susu ini telah dihilangkan sebagian protein susunya, namun masih disisakan sebagian agar tubuh bayi mengenali protein tersebut. Jadi, jika suatu saat bayi minum susu sapi, bayi dapat mengenali alergen namun tak muncul reaksi alerginya. Susu ini diberikan pada anak yang berisiko alergi susu sapi, tapi belum muncul manifestasi alerginya.

Susu formula terhidrolisis sempurna: susu ini mengalami proses hidrolisis ekstensif, yaitu susu tidak mengandung alergen sama sekali. Susu ini diberikan untuk anak yang sudah terdiagnosis alergi susu sapi.

Susu soya: susu ini menjadi alternatif bagi anak yang alergi susu sapi namun tidak alergi terhadap kacang kedelai.

Referensi:

Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Artikel Selanjutnya

Efektivitas Vaksin HPV

Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan