KESEHATAN ANAK

Mengatasi Kondisi Tongue Tie

Tongue tie merupakan kondisi bawaan sejak lahir (kongenital) dimana gerakan lidah bayi jadi terbatas. Seberapa mengganggu kah kondisi ini dan bagaimana mengatasi kondisi tongue tie pada bayi? Berikut penjelasannya.

Desi Hariana | 14 Januari 2021

Dalam dunia medis, tongue tie juga dikenal dengan sebutan ankyloglossia. Bayi yang terlahir dengan tongue tie mengalami kesulitan untuk menggerakkan lidah secara bebas. Gangguan ini disebabkan jaringan ‘ikat’ di bawah lidah (frenulum) terlalu pendek, atau terlalu ketat. Lidah perlu bergerak bebas agar dapat menjangkau seluruh bagian dalam mulut. Hal ini sangat diperlukan dalam proses menyusu pada bayi, makan, atau berbicara pada anak dan orang dewasa.

Jadi, bagaimana cara mengatasi tongue tie pada bayi? Perlukah bayi dioperasi? Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh orang tua.

Tanda-tanda tongue tie

Kondisi tongue tie ini ditemukan pada sekitar 10% bayi dengan rasio 3:1 pada anak laki-laki dibandingkan perempuan. Tongue tie juga dapat dipengaruhi oleh faktor genetik. Berikut adalah beberapa tanda bayi mengalami tongue tie:

  • sulit latching (mulut menutupi areola) saat menyusu
  • lebih sering mengunyah daripada menyedot
  • berat badan sulit naik
  • rewel ketika akan disusui
  • berdecap ketika menyusu
  • kelihatan selalu lapar
  • lidahnya sulit digerakkan ke kanan dan kiri, atau ketika dijulurkan membentuk huruf V.

Perlukan dioperasi?

Mengatasi kondisi tongue tie pada bayi tergantung pada tingkat keparahannya. Dokter akan melakukan pemeriksaan secara menyeluruh, lalu memberikan diagnosis pada orang tua. Tak semua kondisi tongue tie perlu diatasi dengan operasi.

Pada beberapa kasus yang lebih ringan, dokter akan meminta orang tua menunggu sambil melakukan terapi oral untuk melihat apakah frenulum dapat berubah menjadi lebih fleksibel, dan semakin anak besar, lidahnya pun dapat bergerak secara normal. Sedangkan untuk kasus yang lebih serius, kondisi tongue tie perlu ditangani segera. Tentunya untuk menghindari kesulitan menyusu atau makan, yang dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan Si Kecil.

Ada dua alternatif mengatasi kondisi tongue tie, yaitu:

1. Frenotomi

Prosedur ringan yang dapat dilakukan di ruang dokter dengan memotong frenulum menggunakan gunting operasi. Jaringan ini tak memiliki banyak saraf maupun pembuluh darah, sehingga hanya akan terjadi sedikit perdarahan. Bayi dapat langsung menyusu setelahnya.

2. Frenuloplasti

Prosedur ini dilakukan jika frenulum terlalu tebal sehingga harus menggunakan alat khusus selain gunting operasi. Bayi akan dibuat tidur selama proses berlangsung, kemudian dokter akan melakukan proses pemotongan frenulum, lalu menjahit bekas lukanya. Jika menggunakan alat laser, luka langsung menutup dan tak perlu dijahit.

Dampak tongue tie jika tidak diatasi segera

Tongue tie memang kondisi yang terlihat minor dan kadang tak perlu dilakukan apapun untuk mengatasinya. Namun kondisi tongue tie juga dapat sangat mengganggu sehingga memberikan dampak yang tak baik bagi perkembangan anak, contohnya:

  • Kemungkinan kerusakan pada gigi, gusi yang bengkak, dan gigi depan bagian bawah yang renggang.
  • Sering tersedak makanan kala anak sudah mulai mengonsumsi makanan padat (MPASI).
  • Sulit melakukan hal-hal yang sederhana dengan lidahnya, seperti meniup atau menjilat es krim.
  • Cadel atau sulit mengucapkan huruf-huruf konsonan seperti ‘d’, ‘l’, ‘n’, ‘r’, ‘s’, ‘t’, ‘th’, dan ‘z’.

Keputusan terakhir memang ada di tangan Anda sebagai orang tua untuk mengatasi kondisi tongue tie pada anak. Pertimbangkan pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak di kemudian hari.

Referensi:

Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan