KESEHATAN IBU

Kapan Tes Amniosentesis Dilakukan

Dalam beberapa kondisi khusus, dokter akan menyarankan untuk melakukan tes amniosentesis. Kapan tes amniosentesis dilakukan dan bagaimana caranya?

dr. Med. Damar Prasmusinto, Sp.OG(K) | 23 Juli 2021

Pemeriksaan amniosentesis bertujuan untuk mendeteksi adanya kelainan atau abnormalitas kromosom, defek tuba neuralis, dan kelainan genetik lainnya pada janin. Selain itu juga berguna untuk memeriksa kematangan paru janin pada kehamilan yang lanjut atau untuk kepentingan hukum, seperti tes DNA untuk menentukan siapa ayah dari bayi yang dikandung seorang ibu.

Bagaimana prosesnya?

Tes amniosentesis dilakukan dengan mengambil cairan ketuban dengan jarum suntik khusus di perut ibu. Umumnya tes amniosentesis ini dipandu dengan USG (ultrasonografi).

Di dalam cairan amnion terdapat sel fetal (kebanyakan kulit janin) yang dapat dilakukan analisis kromosom, analisis biokimia dan biologi. Cairan yang diambil sekitar 20 ml dan hasil tes dapat diketahui dalam waktu dua minggu.

Kapan dilakukan?

Dokter akan mengusulkan tes amniosentesis jika ada indikasi bahwa bayi yang dikandung Ibu memiliki risiko tinggi terhadap suatu penyakit atau kelainan genetik, misalnya:

  • jika ibu pernah melahirkan bayi dengan kelainan bawaan
  • ada riwayat kelainan bawaan di keluarga
  • umur ibu lebih dari 35 tahun
  • pada pemeriksaan skrining pranatal diduga ada kelainan pada janin.

Tes amniosentesis untuk mendeteksi kelainan bawaan biasanya dilakukan pada usia kehamilan 15-20 minggu. Pada keadaan tertentu bisa juga dilakukan di usia kehamilan yang lebih muda.

Risiko tes ini cukup serius, antara lain keguguran, pecah ketuban, dan kelainan pada alat gerak.

Mengingat risikonya yang cukup serius, sebelum melakukan tindakan ini sebaiknya pasangan mendapatkan konseling genetik. Dalam konseling ini pasangan dapat berdiskusi dengan ahli medis tentang kemungkinan apa saja yang harus dihadapi saat menjalani tes amniosentesis.

Deteksi cerebral palsy

Salah satu kelainan bawaan yang paling dikhawatirkan oleh ibu-ibu yang hamil di usia lebih dari 35 tahun adalah jika bayi yang dilahirkan mengalami cerebral palsy. Anak-anak yang menderita kelainan ini tidak mampu mengontrol gerak ototnya, memiliki intelektualitas rendah, mengalami gangguan belajar, sering kejang, atau masalah pada penglihatan, pendengaran dan berbicara.

Cerebral palsy disebabkan gangguan pada perkembangan otak normal sebelum lahir. Dapat disebabkan oleh kelainan genetik, kerusakan perkembangan otak, atau pada sebagian kecil otak bayi kekurangan oksigen karena trauma persalinan.

Risiko cerebral palsy antara lain pada bayi prematur, terjadi infeksi selama kehamilan, insufisiensi plasenta, asfiksia selama persalinan, atau bayi kuning yang berat.

Pada kasus tertentu, ibu memang perlu melakukan tes amniosentesis. Namun tentu saja sebaiknya sebelumnya diskusikan secara mendalam dengan dokter kandungan Anda. Beberapa pemeriksaan pendahuluan mungkin perlu dilakukan sebelum memutuskan untuk melakukan tes amniosentesis.

Selain itu, pasangan pun perlu mengetahui langkah apa yang harus dilakukan jika hasil tes telah ditermia dan diagnosis kelainan penyakit tertentu telah diberikan dokter.

Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan