Penyakit
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

Beberapa tanda ADHD sebenarnya bisa ditemukan pada orang tanpa gangguan ini, namun tidak sering. Hal-hal yang dapat ditemukan pada orang dengan ADHD (baik anak maupun dewasa) antara lain:

  • Sulit fokus pada satu pekerjaan, sering membuat kesalahan, atau tidak menyelesaikan tugas yang sedang dikerjakan.
  • Sulit duduk diam tanpa bergerak-gerak.
  • Berbicara terus menerus, sering memotong pembicaraan orang lain.
  • Tak bisa sabar mengantri atau menunggu gilirannya.
  • Mudah teralihkan perhatiannya.

Penyebab ADHD

Diketahui bahwa ADHD memiliki hubungan erat dengan sistem saraf seseorang. Pengaruh keturunan atau genetik juga cukup kuat pada gangguan ini. Salah satu penyebabnya adalah berkurangnya senyawa dopamin yang berfungsi dalam membantu penyebaran sinyal di saraf otak.

Selain itu juga ada ahli yang meyatakan bahwa pada orang dengan ADHD, di dalam otaknya ditemukan lebih sedikit volume atau jumlah gray matter. Gray matter adalah bagian dalam susunan saraf dan akson yang tidak bermielin (protein lemak keputihan). Padahal, gray matter ini bertanggung jawab terhadap kemampuan:

  • berbicara
  • mengontrol diri
  • membuat keputusan
  • kontrol otot.

Mendiagnosis ADHD

Tidak ada satu tes tunggal yang dapat mendiagnosis apakah seorang anak mengalami ADHD atau tidak. Beberapa gangguan lain seperti gangguan tidur, kecemasan, depresi, kesulitan belajar, dapat juga memiliki ciri yang sama.

AAP atau The American Academy of Pediatrics merekomendasikan para ahli medis untuk melakukan wawancara terlebih dahulu dengan orangtua, guru, maupun pengasuh mengenai sikap anak di rumah, sekolah, atau tempat lain, serta hubungannya dengan teman sebaya.

Ahli medis akan menggunakan the American Psychiatric Association’s Diagnostic and Stastistical Manual, Fifth edition (DSM-5) untuk membantu mendiagnosis ADHD. Hanya ahli yang berpengalaman seperti dokter anak, psikiater, atau psikolog saja yang dapat mendiagnosis ADHD.

Penanganan ADHD

Penanganan dapat dilakukan melalui terapi perilaku, obat-obatan, atau bisa juga keduanya. Anak juga perlu dibantu untuk mengatur perilakunya dengan cara tertentu. Obat-obatan baru diperlukan jika dianggap dapat membantu anak mengurangi sikap impulsifnya, serta perilakunya.

Referensi:

Tag Penyakit Terkait
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan