Penyakit
Tourette Syndrome

Kita mungkin pernah melihat seseorang yang sering menggerak-gerakkan tubuh atau anggota tubuhnya dengan cara yang tidak biasa, atau berkata-kata yang tidak biasa juga. Lalu jika kita perhatikan lebih jauh, orang tersebut seperti tak dapat mengendalikan gerakan dan suara tersebut. Gerakan maupun suara yang keluar secara tak disengaja dan tak dapat dikontrol ini dinamakan sebagai tic, dan hal ini merupakan gejala utama dari Tourette Syndrome.

Bermacam jenis tic

Tic biasanya muncul pada usia 2-15 tahun, rata-rata di usia 6 tahun. Namun tidak semua tic merupakan pertanda Tourette Syndrome. Ada beberapa jenis tic yang akan hilang dengan sendirinya setelah beberapa minggu atau bulan. Sedangkan tic pada Tourette Syndrome tak dapat hilang begitu saja.

Berdasarkan bentuknya, tic dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu:

  • Motor tics. Tic berupa gerakan seperti menggeleng, mengangkat bahu, mengerjapkan mata, mengernyitkan wajah, mengangkat tangan, dan sebagainya.
  • Vocal tics. Tic yang keluar dari mulut berupa suara, kadang hanya berupa decakan atau batuk, tapi kadang juga bisa berupa kata-kata kasar (namun ini amat jarang terjadi).

Tic juga dibagi menjadi dua jenis berdasarkan tingkatannya:

  • Simple tics. Hanya terjadi pada satu grup otot, misalnya hanya mengerjapkan mata saja, atau berdehem saja.
  • Complex tics. Munculnya gerakan maupun suara jadi lebih kompleks, melibatkan beberapa kelompok otot sekaligus. Misalnya mengangkat bahu sambil batuk, atau mengangkat barang ke hidung dan mengendusnya.

Gejala tic pada penderita Tourette Syndrome dapat memburuk apabila ia sedang merasa emosional (sedih, marah), lelah atau stres.

Penyebab Tourette Syndrome

Penyebab pasti belum diketahui, namun gangguan ini dapat diturunkan (genetik) atau bisa juga akibat faktor lingkungan. Kadar hormon dopamin dan serotonin, juga beberapa zat lain di otak yang bertugas menjadi pengirim sinyal di ujung-ujung saraf (neurotransmitter) disinyalir ikut berkontribusi terhadap munculnya Tourette Syndrome.

Para ahli menemukan bahwa gangguan pengiriman sinyal saraf ini dapat terjadi di beberapa bagian otak, termasuk basal ganglia yang bertugas mengontrol gerak tubuh. Selain itu juga ditemukan bahwa laki-laki memiliki risiko terkena Tourette Syndrome empat hingga lima kali lebih besar dari perempuan.

Gangguan Tourette Syndrome dapat berpengaruh atau menyebabkan komplikasi pada beberapa kondisi sebagai berikut:

  • ADHD (attention-deficit/hyperactivity disorder)
  • OCD (obsessive-compulsive disorder)
  • ASD (autism spectrum disorder)
  • gangguan belajar
  • gangguan tidur
  • depresi, kecemasan
  • gangguan emosi

Mengatasi Tourette Syndrome

Jika Anda mengkhawatirkan anak mengalami Tourette Syndrome, segeralah bawa ke dokter spesialis saraf anak. Dokter akan melakukan serangkaian tes dan tanya jawab dengan orang tua. Dokter juga biasanya akan melakukan tes pemindaian untuk menghilangkan kemungkinan adanya penyakit lain seperti tumor otak.

Tes yang biasanya dilakukan adalah:

  • MRI (magnetic resonance imaging) yang menggunakan energi magnet dan gelombang radio untuk melihat struktur organ di dalam tubuh.
  • CT (computed tomography) scan yang menggunakan sinar X untuk melihat lebih detail organ dalam tubuh kita.

Sebagian besar tic pada Tourette Syndrome bersifat ringan dan tak memerlukan perlakuan khusus. Namun jika tic yang terjadi cukup hebat dan mengganggu aktivitas sehari-hari, dibutuhkan obat dari dokter untuk membantu mengatasinya. Sejalan dengan pengobatan oral, kemungkinan anak yang mengalami tic parah juga perlu diterapi, karena dapat membuatnya merasa tertekan dan rendah diri.

Referensi:

Tag Penyakit Terkait
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan