Penyakit
Narkolepsi pada Anak

Narkolepsi adalah gangguan yang mempengaruhi kemampuan otak untuk mengatur saat tidur dan terjaga. Anak dapat tertidur di manapun dan kapanpun, misalnya ketika sedang belajar di dalam kelas, saat naik angkutan umum, bahkan di restoran. Walaupun berkesan tidak membahayakan, namun narkolepsi yang tidak terkontrol, dapat mengganggu kehidupan pribadi anak, termasuk di bidang sosial dan akademik.

Gejala dari narkolepsi

Ada beberapa gejala dari narkolepsi yang perlu kita ketahui:

  • EDS (excessive daytime sleepiness) atau munculnya rasa mengantuk yang berlebihan di siang hari.
  • Tanda-tanda seperti ‘ketindihan’ di mana ia tak dapat bergerak atau berbicara sesaat sebelum tidur atau setelah bangun.
  • Halusinasi
  • Tebangun saat tidur di malam hari.
  • Perilaku otomatis, misalnya membaca atau menulis sambil tertidur. Namun ia tak dapat mengingat hal yang ia lakukan setelahnya.
  • Kenaikan berat badan yang signifikan
  • Pubertas dini
  • Perubahan mood
  • Kesulitan mengikuti pelajaran di sekolah
  • Menarik diri dari lingkungan sosial karena sering dirundung (di-bully).
  • Cataplexy atau kondisi melemahnya otot yang dapat terlihat di wajah.

Pada umumnya, anak dan remaja sering mengalami kurang tidur, sehingga menegakkan gangguan narkolepsi ini tidak mudah dilakukan. Sebagai tambahannya, gejala yang dialami oleh remaja yang mengalami narkolepsi adalah kesulitan untuk fokus, rasa khawatir berlebihan akan masa depan, mudah marah, dan perubahan pada pola makan.

Apakah narkolepsi diturunkan?

Menurut sebuah penelitian di tahun 2018, pada sebagaian orang, ada pengaruh genetik yang membuat mereka mengalami narkolepsi. Gejala narkolepsi ditemukan pada sekitar 11% orang yang memiliki riwayat keluarga pengidap narkolepsi.

Cara mendiagnosis narkolepsi

Dokter anak akan melakukan beberapa tes, seperti:

  • Tes fisik. Melihat riwayat kesehatan anak, gejala apa yang ditunjukkan oleh anak, apakah ada anggota keluarga yang mengalami narkolepsi, dan lain sebagainya.
  • Jurnal tidur. Selama satu atau dua minggu, dokter akan meminta orangtua untuk menulis jurnal tidur anak, seberapa sering anak tertidur di siang hari, berapa lama tidur di malam hari, termasuk mencatat gejala-gejala yang muncul pada anak.
  • Tes darah. Hal ini dilakukan untuk memastikan anak tidak memiliki kondisi gangguan kesehatan lain, misalnya gangguan darah atau fungsi tiroid.
  • PSG (polysomnogram sleep test). Tes ini biasanya dilakukan semalaman untuk mengecek detak jantung, tingkat oksigen, pernapasan, gerak tubuh, maupun gelombang otak ketika anak tertidur.
  • MSLT (multiple sleep latency test). Tes ini dilakukan setelah melakukan tes PSG. Anak diminta untuk tidur singakt lima kali yang dijeda dengan tidur selama 2 jam di siang hari. Dokter akan mengecek seberapa cepat anak tertidur dan kapan fase REM (rapid eye movement) terjadi.

Mengatasi narkolepsi

Jika diagnosis narkolepsi sudah ditegakkan, maka dokter akan memberikan beberapa obat-obatan untuk membantu anak mengontrol gejala yang muncul. Namun selain itu, orangtua juga perlu membantu anak untuk melakukan perubahan dalam pola keseharian anak, yaitu:

  • Membentuk pola tidur yang sehat. Anak tidur dan bangun di saat yang sama setiap harinya.
  • Masa tenang sebelum tidur. Jauhkan anak dari gawai atau permainan dan biarkan ia tenang di atas tempat tidurnya.
  • Tidur siang singkat (naps) yang terjadwal dapat mengurangi rasa kantuk yang berlebihan.
  • Berolahraga secara rutin, hal ini dapat meningkatkan kualitas tidur anak.
  • Menghindari kafein, biasanya ditemukan dalam minuman bersoda.

Referensi:

Tag Penyakit Terkait
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan