Penyakit
Cacingan

dr. Fiona Amelia

Penyakit cacingan dapat menyerang siapa saja, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Infeksinya pun tak mengenal usia, tua atau muda sama-sama berisiko. Hal yang perlu diwaspadai adalah jumlah kasus tertinggi ditemukan pada anak balita dan usia sekolah dasar. 

Data dari WHO menunjukkan bahwa lebih dari 1,5 milyar orang (24% populasi dunia) terinfeksi cacing. Lebih dari 270 juta anak balita dan lebih dari 600 juta anak usia sekolah tinggal di daerah yang endemis infeksi cacing. 

Cacing yang menempati ‘5 besar’ dalam peringkat yang paling sering menginfeksi adalah jenis cacing perut yang terdiri dari cacing gelang (Ascaris lumbricoides), cacing cambuk (Trichuris trichiura), cacing pita (Taenia saginata, Taenia solium), cacing tambang (Necator americanus, Ancylostoma duodenale), dan cacing kremi (Oxyuris vermicularis).

Bagaimana cacing masuk ke dalam tubuh? 

Tinja orang yang terinfeksi cacing-cacing ini mengandung telur cacing. Di daerah yang tidak memiliki jamban, tanah dan air di sekitar tempat tinggal terkontaminasi tinja yang mengandung telur cacing. Di dalam tanah, telur-telur tersebut menjadi matang. Cacing-cacing ini kemudian menginfeksi manusia melalui:

  • Telur cacing mencemari buah dan sayuran yang ada di sekitar tempat tinggal. Jika cara membersihkan dan memasaknya tidak benar, telur cacing akan tertelan dan menyebabkan penyakit.
  • Menelan air yang telah terkontaminasi tinja yang mengandung telur cacing.
  • Anak-anak yang bermain di tanah sering kali memasukkan tangan mereka ke mulut tanpa mencucinya terlebih dahulu, telur tertelan, dan akhirnya mereka terinfeksi.
  • Memakan daging sapi atau babi setengah matang yang mengandung larva cacing pita.
  • Larva cacing tambang dapat masuk melalui kulit pada saat anak bermain-main di tanah tanpa alas kaki.
  • Hewan peliharaan (seperti anjing dan kucing) juga dapat menjadi sumber infeksi karena telur dapat menempel pada bulunya.
  • Khusus cacing kremi, awalnya seorang anak mendapatkan infeksi cacing ini melalui telur cacing yang tertelan. Telur kemudian berkembang menjadi cacing dewasa yang akan mengembara ke sekitar dubur dan bertelur di sana. Selanjutnya penularan dapat terjadi melalui debu, pakaian dalam, sprei, jari tanga (karena penderita menggaruk-garuk dubur), dan mainan yang terkontaminasi telur cacing.

Namun pada infeksi cacing, tidak ada penularan langsung dari orang ke orang atau infeksi dari tinja yang segar karena telur yang ada di dalam tinja membutuhkan waktu sekitar 3 minggu di dalam tanah untuk menjadi bentuk yang menular.

 

Bagaimana gejalanya?

Keluhan-keluhan akibat infeksi cacing ini bervariasi tergantung jenis cacingnya.

1. Cacing gelang. Penderita umumnya batuk-batuk, lesu, dan konsentrasi belajar kurang. Gejala lain perut buncit, kulit pucat, nyeri perut, diare, dan nafsu makan berkurang.

2. Cacing cambuk. Infeksi ringan bisa sama sekali tidak bergejala atau gejalanya tidak jelas. Pada infeksi yang berat dan menahun, orang akan kehilangan darah perlahan-lahan sehingga mengalami anemia. Gejala lain (terutama pada anak) yaitu diare, disenteri (diare berdarah), berat badan menurun, dan kadang terjadi prolapsus rektum (turunnya rektum melalui dubur).

3. Cacing tambang. Menyebabkan kehilangan darah sehingga penderitanya mengalami anemia yang mengakibatkan lesu, konsentrasi belajar kurang, pucat, rentan terhadap penyakit, dan prestasi sekolah menurun.

4. Cacing pita. Gejala biasanya dimulai dengan pasien yang curiga menemukan bagian tubuh cacing atau telur cacing pada tinjanya. Gejala lain adalah nyeri lambung, diare, dan penurunan berat badan. Radang usus buntu dan infeksi saluran empedu juga bisa terjadi. Fase larva cacing pita (Taenia solium) pada babi dapat mengakibatkan sistiserkosis, kondisi berbahaya yang seringkali menyerang saraf dan menimbulkan kejang-kejang hingga kematian.

5. Cacing kremi. Keluhan yang paling menonjol adalah rasa gatal di sekitar dubur terutama pada malam hari. Garukan akan menimbulkan iritasi di sekitar dubur, kadang sampai terjadi perdarahan. Hal ini menyebabkan anak gelisah dan sukar tidur. Pada kasus yang jarang, cacing ini dapat menimbulkan radang saluran telur pada anak perempuan.

Memakan nutrisi anak

Infeksi cacing umumnya bersifat menahun. Cacing-cacing ini ‘merampas’ nutrisi dari tubuh anak, menyebabkan atau memperparah kondisi malnutrisi yang akhirnya menghambat pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif anak.

Karena penyakit cacingan memiliki keluhan yang tidak spesifik dan kadang tidak bergejala, maka sebaiknya orangtua waspada apabila anak mengeluh gatal di daerah anus, nyeri perut, perut membuncit, berat badan menurun, pucat, dan batuk yang berkepanjangan. Perhatikan juga bila prestasi sekolah menurun, sulit berkonsentrasi saat belajar, sering tidak masuk sekolah, dan mengalami gangguan tidur.

Bila anak sudah terinfeksi cacing, bawa anak ke dokter. Untuk pengobatannya, berbagai hasil penelitian dan WHO merekomendasikan penggunaan Albendazole dosis tunggal  400 mg. Obat ini dapat diberikan tiap 6 bulan untuk mencegah berulangnya infeksi. Terapi pencegahan ini diberikan pada anak-anak yang tinggal di daerah endemis infeksi cacing.

Referensi:

  • Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 424/Menkes/ SK/VI/2006 tentang Pedoman Pengendalian Cacingan.
  • Hotez PJ, Brindley PJ, Bethony JM, King CH, Pearce EJ, Jacobson J. Helminth infections; the great neglected tropical diseases. J Clin Invest 118:1311-1321;2008.
Tag Penyakit Terkait
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan