Penyakit
Dispraksia

Anak-anak dispraksia mungkin terlambat untuk mencapai perkembangan sebagaimana anak lainnya dan berperilaku tidak dewasa. Mereka sulit untuk membuat suatu rencana dan melaksanakannya. Mereka mungkin mengalami kesulitan berbicara dan tampak canggung, dalam istilah umum disebut ‘sindrom anak kikuk’.

National Institutes of Health menggambarkannya sebagai ‘tidak sinkron’ dengan lingkungan.

Memasuki masa remaja dan dewasa, gejala dispraksia dapat menyebabkan kesulitan belajar dan kepercayaan diri yang rendah.

Dispraksia disebut sebagai gangguan koordinasi perkembangan, yang dialami oleh sekitar 5-6% dari populasi anak-anak dan sekitar 10 persen dari populasi keseluruhan. Ini adalah kondisi seumur hidup, dan belum ada obatnya. Namun jangan khawatir, anak-anak dispraksia dapat menjalani terapi okupasi dan wicara.

Dispraksia vs apraksia

Meskipun kedua istilah ini terdengar akrab dan sama-sama merupakan kondisi berbasis otak, dispraksia dan apraksia tidaklah sama.

Dispraksia dialami seseorang sejak lahir, sedangkan apraksia dapat terjadi setelah mengalami stroke atau cedera otak, meskipun jenis tertentu mungkin memiliki komponen genetik juga.

Beberapa jenis apraksia dapat memengaruhi fungsi motorik yang berbeda. Ini sering dianggap sebagai gejala gangguan neurologis, metabolisme, atau jenis gangguan lainnya.

Apraksia dapat hilang dengan sendirinya dalam beberapa minggu, terutama jika akibat stroke.

Gejala dispraksia pada anak

Jika bayi Anda mengalami dispraksia, Anda mungkin mendapati ada keterlambatan perkembangan, misalnya terlambat mengangkat kepala, berguling, dan duduk. Tanda dan gejala lainnya adalah:

  • posisi tubuh yang tidak biasa
  • iritabilitas umum
  • peka terhadap suara keras
  • memiliki masalah makan dan tidur
  • lebih sering menggerakkan lengan dan kaki

Saat anak semakin besar, ia mungkin akan mengalami keterlambatan dalam:

  • merangkak
  • berjalan
  • toilet training
  • makan sendiri
  • berpakaian sendiri.

Dispraksa membuat anak sulit untuk mengatur gerakan fisik. Misalnya, ketika ingin berjalan melintasi ruang tamu sambil membawa buku sekolah mereka, tetapi mereka tidak dapat melakukannya tanpa tersandung, menabrak sesuatu, atau menjatuhkan buku.

Tanda dan gejala lain mungkin termasuk:

  • postur tubuh yang tidak biasa
  • kesulitan dengan keterampilan motorik halus yang memengaruhi menulis, membuat karya seni, bermain dengan balok, atau teka-teki
  • masalah koordinasi yang membuatnya sulit melompat atau menangkap bola
  • mengepakkan tangan, gelisah, atau mudah bersemangat
  • berantakan saat makan dan minum
  • sulit mengontrol emosi
  • menjadi kurang fit secara fisik karena mereka menghindar dari aktivitas fisik.

Menyebabkan kesulitan belajar

Meskipun kecerdasan tidak terpengaruh, dispraksia dapat mempersulit belajar dan bersosialisasi karena:

  • rentang perhatian yang pendek untuk tugas-tugas yang sulit
  • kesulitan mengikuti atau mengingat instruksi
  • kurangnya keterampilan organisasi
  • kesulitan mempelajari keterampilan baru
  • tingkat percaya diri yang rendah
  • berperilaku tidak dewasa
  • kesulitan berteman.

Terapi bagi dispraksia

Sekalipun tidak dapat disembuhkan, ada cara untuk meningkatkan kondisi motorik anak, apa saja?

  • Terapi okupasi: bertujuan melatih anak untuk lebih fokus dalam berperilaku dan melakukan kegiatan sehari-hari.
  • Terapi wicara: membantu anak apabila terdapat gangguan keterlambatan bicara.
  • Aktif bermain: anak diajak untuk aktif bermain, baik di dalam maupun di luar ruang. Bermain dengan aktif diyakini dapat memperbaiki motorik dan kordinasi motorik anak.
  • Terapi perilaku (behaviour therapy): bertujuan melatih tingkah laku anak.

Referensi:

Tag Penyakit Terkait
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan