MITOS & FAKTA

Kehamilan dan jenis kelamin bayi

“Oh kalau perutnya bundar, bayinya perempuan.” “Kalau bumil tidak suka bersolek, bayinya laki-laki.” Banyak mitos yang beredar seputar kehamilan dan jenis kelamin bayi. Mana yang benar?

Dyah Soekasto | 1 April 2020

Ada pemahaman seputar kehamilan dan jenis kelamin bayi yang banyak beredar di masyarakat dan dipercaya turun temurun. Misalnya menebak jenis kelamin bayi dalam kandungan berdasarkan kebiasaan ibu selama hamil dan ciri lainnya. Mana yang mitos dan mana yang fakta? Berikut tujuh diantaranya;

1. Mual yang parah di pagi hari berarti bayinya perempuan 

Fakta: Penelitian terbaru menunjukkan bahwa perasaan sakit selama kehamilan mungkin terkait dengan jenis kelamin bayi. Sebuah studi tahun 2017 menemukan bahwa kehamilan anak perempuan membuat kekebalan tubuh ibu lemah dan rentan sakit dibandingkan dengan ibu yang hamil anak laki-laki. 

Dibutuhkan penelitian lagi untuk memahami sepenuhnya hubungan antara mual di pagi hari dan jenis kelamin bayi.

2. Perubahan mood yang ekstrem berarti bayinya perempuan

Mitos: Perubahan hormon selama kehamilan seringkali menyebabkan perubahan suasana hati (mood). Beberapa orang berpikir bahwa ibu yang hamil anak perempuan memiliki tingkat estrogen yang lebih tinggi dan lebih moody. Namun, penelitian tidak mendukung teori ini.Tingkat hormon naik selama kehamilan dan turun kembali setelah melahirkan, terlepas dari apakah bayinya laki-laki atau perempuan.

3. Penambahan berat badan terpusat di tengah tubuh berarti bayinya perempuan

Mitos: Banyak yang percaya bahwa jika seorang ibu hamil dengan perut bulat (berat badan di pertengahan tubuh), maka bayinya perempuan. Sebaliknya, kenaikan berat badan di bagian depan tubuh mengindikasikan bayi laki-laki. Namun demikiana, tidak ada bukti ilmiah yang mendukung teori ini. Pertambahan berat badan bumil tergantung pada bentuk tubuhnya.

4. Bumil mengidam makanan manis, bayinya perempuan 

Mitos: Ada anggapan bahwa bumil yang mengidam lebih banyak makanan manis bayinya perempuan, sebaliknya bila lebih suka makanan asin, bayinya laki-laki. Tidak ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa ngidam makanan tertentu selama kehamilan dapat menunjukkan jenis kelamin bayi.

5. Tingkat stres perempuan sebelum hamil memengaruhi jenis kelamin bayi 

Fakta: Sebuah studi tahun 2012 menemukan hubungan antara kadar hormon stres kortisol dan rasio kelahiran pria dan wanita. Dalam studi ini, wanita dengan tingkat kortisol tinggi secara statistik lebih mungkin untuk memiliki anak perempuan.

Sedangkan studi 2013 menemukan bahwa dua tahun setelah gempa bumi di pulau Yunani Zakynthos, tingkat kelahiran pria menurun. Para peneliti menduga bahwa peningkatan tingkat stres di pulau tersebut memengaruhi rasio kelahiran perempuan dan laki-laki.

Masih diperlukan penelitian untuk mengetahui hubungan antara stres semasa kehamilan dan jenis kelamin bayi sebelum lahir.

6. Bumil dengan kulit berminyak dan rambut kusam mengandung anak perempuan.

Mitos: Pendapat ini tidak berbasis ilmiah. Ada penjelasan bahwa perubahan dalam produksi minyak atau penampilan rambut selama kehamilan mungkin berhubungan dengan perubahan hormon atau perubahan pola makan.

7. Detak jantung bayi lebih cepat mengindikasikan bayi perempuan

Mitos: Tidak ada perbedaan signifikan antara denyut jantung janin laki-laki dan perempuan.

Masih banyak pemahaman yang beredar seputar kehamilan dan jenis kelamin bayi di masyarakat, dan umumnya hanya mitos belaka. Cara terbaik untuk mengetahui jenis kelamin bayi adalah dengan melakukan pemindaian USG atau ultrasonografi pada janin usia 20 minggu. Pemeriksaan ini lebih akurat, walaupun kadang masih mungkin tidak tepat karena hal-hal yang mengaburkan gambar USG.

Referensi:

  • https://www.medicalnewstoday.com/articles/322368
  • https://www.whattoexpect.com/pregnancy/predicting-sex-of-baby
Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan