KESEHATAN KELUARGA

Isoman Bersama Anak di Rumah

Ketika anak atau anggota keluarga lain terpapar COVID-19 dan dokter membolehkan Anda untuk melakukan isolasi mandiri atau isoman bersama anak di rumah, ada beberapa hal yang perlu diketahui.

Anissa Aryati | 18 Juli 2021

Sejak pandemi merebak di awal tahun 2020, anak Anda otomatis tidak bermain di luar rumah, bahkan Anda pun tidak pernah mengajaknya untuk ‘jalan-jalan’ ke luar rumah. Namun tiba-tiba Si Kecil mengeluh tak enak badan dan hasil swab-nya positif! Setelah dilakukan tracing pada seluruh anggota keluarga, ternyata ada juga anggota keluarga lain di rumah yang sama-sama terkonfirmasi COVID-19. Apa yang harus dilakukan?

Dalam kondisi ruang rawat inap di rumah sakit yang saat ini sedang penuh, dan jika yang dialami pasien hanyalah gejala ringan, dokter umumnya akan menyarankan untuk melakukan isoman di rumah. Orangtua pun akan diberikan panduan prosedur isoman bersama anak, agar baik orangtua maupun anak bisa sama-sama merasa nyaman, dan mencegah penularan kepada lebih banyak orang.

Syarat rumah sebagai tempat isoman

Isoman disarankan bagi pasien positif COVID-19 dengan gejala ringan dan tidak memiliki komorbiditas atau penyakit penyerta yang dapat memperparah gejala, seperti penyakit kardiovaskular, hipertensi, diabetes, asma, atau paru-paru kronis.

Rumah tempat isoman perlu memenuhi persyaratan dan fasilitas yang dibutuhkan oleh pasien, yaitu:

  • Tersedia ventilasi yang cukup sehingga sirkulasi udara di kamar tempat isolasi bagus.
  • Ada area atau setidaknya kamar terpisah agar pasien dan anggota keluarga lain tidak ada kontak erat.
  • Adanya alat seperti oksimeter untuk mengukur saturasi oksigen dengan denyut nadi serta termometer untuk memantau suhu tubuh pasien.
  • Ketersedian masker atau alat bantu napas (oksigen) untuk pasien.

Memilih siapa yang merawat Si Kecil

Jika anak yang terkonfirmasi COVID-19 sedangkan orang dewasa di rumah negatif, siapakah yang sebaiknya merawat Si Kecil? Berikut adalah panduan untuk orangtua selama anak mengikuti isoman:

  • Kebanyakan anak akan rewel jika tidak dirawat oleh orang yang dekat dengannya (ibu atau ayah), itu sebabnya orangtua tetap dapat mengasuh anak yang positif.
  • Pilih perawat anak yang berisiko rendah terhadap gejala berat COVID-19. Jika salah satu orangtua memiliki komorbid semisal pernah infeksi paru, sebaiknya anak selama isoman dirawat oleh orangtua yang lebih sehat.
  • Jika ada anggota keluarga lain, misalnya anak pertama dan kedua yang positif, maka dapat diisolasi bersama.
  • Orangtua yang merawat anak harus selalu menggunakan masker dan rajin mencuci tangan sebelum dan setelah mengurus anak. Anak di bawah usia 2 tahun sebaiknya tak dipakaikan masker, terutama saat tidur, karena ditakutkan dapat mengganggu jalur pernapasannya.
  • Apabila ibu dan anak berbeda status (satu positif dan satu negatif) dan harus berbagi ruangan, maka jarak tempat tidur harus diatur sejauh 2 meter.
  • Beri selalu dukungan psikologis pada anak. Beri ia penjelasan sesuai dengan kematangan usianya mengenai kondisi isoman dan hal-hal yang harus ia lakukan agar cepat sehat.

Saat isoman bersama anak di rumah, jangan lupa untuk rajin melakukan disinfeksi ruangan. Selain itu, Anda juga perlu mencatat kondisi kesehatan anak setiap hari (membuat logbook) seperti suhu, saturasi oksigen, gejala yang dialami (pusing, batuk pilek, mual, diare, dan lainnya), makan dan minumnya, juga vitamin dan obat yang ia konsumsi.

Masa isolasi mandiri umumnya hanya berlangsung selama 10 hari ditambah 3 hari tanpa gejala. Lebih baik apabila pasien diperiksa kembali oleh dokter yang pertama mendiagnosis positif. Keputusan selesai tidaknya masa isolasi akan ditentukan oleh dokter. Dalam hal ini dokter akan melakukan tes swab kembali di hari 10-14 setelah swab pertama di H1 saat terdiagnosis positif COVID-19.

Referensi:

Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan