Mitos Tentang Autisme
Anissa Aryati | 29 Maret 2022
Autism Spectrum Disorder (ASD) dipahami sebagai suatu bentuk gangguan yang berhubungan dengan kendala berkomunikasi, berinteraksi ataupun bersosialisasi dengan orang lain.
Tetapi sayangnya tak semua orang mempunyai pemahaman yang sama tentang autisme, masih ada lebih mempercayai mitos daripada fakta yang sesungguhnya. Mitos tentang autisme seperti apa yang masih beredar di tengah masyarakat?
Autisme adalah penyakit
Pemahaman yang banyak berkembang menganggap autisme sebagai penyakit dan dapat disembuhkan dengan obat-obatan dan pengobatan.
Fakta:
Autisme bukanlah penyakit. Autisme adalah gangguan perkembangan saraf yang dapat bermanifestasi dalam kesulitan dalam berkomunikasi, keterampilan sosial maupun interaksi. Dengan terapi dan intervensi yang tepat anak autistik tetap dapat hidup mandiri dan produktif.
Autisme sama dengan Asperger
Autisme dan Asperger dianggap sama karena keduanya di bawah payung istilah gangguan perkembangan pervasif.
Fakta:
Meski Autisme dan Asperger termasuk dalam kategori gangguan perkembangan pervasif, tetapi keduanya adalah kondisi terpisah dan berbeda. Pada anak dengan asperger perkembangan bahasa dan kemampuan intelektual berada dalam kisaran normal. Sebaliknya, anak autistik cenderung mengalami keterlambatan bahasa dan perilaku autis yang lebih khas.
Vaksin menyebabkan autisme
Fakta:
Tidak benar vaksin menyebabkan autism, karena eksperimen yang dilakukan pada penelitian ini tidak sesuai dengan standar ilmiah dan kesimpulannya juga mendapat banyak bantahan dari kalangan medis. Dokter yang melakukan penelitian ini sudah dicabut izinnya. Namun, sayangnya untuk menghapus mitos yang telanjur melekat sangat sulit karena sudah tertanam selama beberapa dekade.
Pola asuh buruk dapat menyebabkan autisme
Pola asuh yang buruk dianggap menjadi salah satu faktor penyumbang timbulnya autisme. Hal ini dikaitkan dengan mitos ofensif yang muncul di era 50-an yang disebut sebagai “Hipotesis Ibu Kulkas.” Teori ini menyebutkan bahwa ibu yang tidak hangat dan tidak dekat secara emosional dengan anaknya akan membuat anak-anak mereka tumbuh dengan trauma sehingga menyebabkan autisme.
Fakta:
Kebenarannya sederhana menyebutkan tidak ada sangkut pautnya antara pola asuh yang buruk dengan autisme. Banyak anak yang terdiagnosis autistik sama sekali tidak mencerminkan gaya pengasuhan seperti disebutkan di atas.
Mitos tentang autisme seringkali muncul, menyebar tanpa bisa dikontrol dan akhirnya diyakini kebenarannya. Sebaiknya para orangtua mencari informasi yang tepat tentang autism, atau bertanya langsung pada ahlinya.
Referensi: