ANAKKU SPESIAL

Gangguan Sistem Sensorik pada Anak

Gangguan sistem sensorik pada anak bisa berdampak luas pada kehidupan anak.

Anissa Aryati | 24 September 2020

Anak tidak tahan melihat pijar lampu/bohlam yang terang. Ia juga mudah terganggu mendengar suara yang agak keras. Bisa jadi ini berkaitan dengan gangguan sistem sensorik anak yang akan berpengaruh pada caranya merespon rangsangan.

Respon sensor pada anak

Sistem sensorik merupakan bagian dari sistem saraf yang bertanggung jawab untuk memproses informasi sensorik. Fungsi sistem sensorik adalah menerima rangsangan yang disampaikan pada otak. Pada setiap anak terdapat dua sistem sensorik penting:

Sistem sensorik primer dan sistem sensorik sekunder. Sistem sensorik primer terdiri proprioseptip (motorik), vestibular (keseimbangan) dan taktil (sentuh/peraba).

Sistem sensorik sekunder berupa pengecapan, penciuman, penglihatan dan pendengaran.

Pada anak dengan pertumbuhan normal sistem sensorik bisa berjalan dengan baik karena sistem saraf dapat menerima masukan dari panca indra dan selanjutnya membentuk respons motorik atau perilaku yang sesuai. Pada anak-anak dengan autism spektrum disorder (ASD) sistem pemrosesan sensorik mengalami defisit dan tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan sehingga menyebabkan anak kesulitan berperilaku dan menguasai keterampilan hidup.

Gangguan sistem sensorik pada anak ASD juga bisa menyebabkan reaksi dan respon yang berlebih terhadap rangsangan yang ada di sekitar mereka. Respon sensorik yang berlebih (sensory over responsivity) ini bisa muncul dalam berbagai bentuk.

  • Reaksi berlebih terhadap suatu sistem sensorik berupa ketahanan, ketidak-nyamanan, dan respon aversif.
  • Reaksi yang dapat terakumulasi awalnya tenang lalu berubah seperti melawan, melamun, dan diam.
  • Reaksi jelas bila situasi terkontrol seperti cemas, hiperaktif, dan gangguan atensi.

Terapi untuk sensorik bermasalah

Kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak ASD dalam menoleransi lingkungan yang kaya sensorik pada akhirnya membutuhkan suatu cara yang dapat membantu anak mengurangi reaksi berlebih tersebut. Salah satunya adalah melalui terapi sensori- integrasi. Terapi sensori-integrasi dikembangkan oleh A. Jean Ayres pada tahun 1970 dan dirancang untuk membantu anak-anak dengan masalah pemrosesan sensorik.

Terapi ini berfokus pada sistem sensor primer yaitu taktil, vestibular, dan proprioseptif. Mengapa sistem sensor primer menjadi fokus karena interkoneksi ketiga indera tersebut sudah terbentuk dari sebelum anak lahir dan akan terus berkembang hingga anak dewasa dan berinteraksi dengan lingkungannya. Ketiga unsur dalam sistem sensor primer tersebut meski tidak saling terhubung satu sama lain tetapi tetap terhubung dengan sistem lain di otak.

Terapi sensori-integrasi dapat membantu anak dengan kesulitan pemrosesan sensorik untuk bisa lebih mentoleransi lingkungan yang kaya sensorik dan memperkuat perilaku positif. Dengan terapi ini anak-anak akan dibantu untuk lebih mudah beradaptasi saat mengalami transisi dan anak akan menjadi lebih tenang. Terapi sensori-integrasi biasanya dilakukan melalui pendekatan yang paling disukai anak yaitu permainan yang menggunakan peralatan seperti ayunan, trampolin, perosotan dan lainnya.

Referensi:

  • https://abilitypath.org/ap-resources/how-your-childs-sensory-system-develops/
  • https://www.healthychildren.org/English/health-issues/conditions/developmental-disabilities/Pages/Sensory-Integration-Therapy.aspx
  • https://www.autism.org/sensory-integration/
  • https://www.sciencedaily.com/terms/sensory_system.htm
Polling
Perlukah anak di imunisasi?
Silahkan Login untuk isi Polling LIHAT HASIL
Komentar
Silahkan Login untuk komentar
Punya pertanyaan seputar Ibu dan anak? Kamu bisa bertanya pada ahlinya di sini

Kirim Pertanyaan